KERINCI, JAMBI – Pengerjaan proyek inlet Danau Kerinci dari Balai Wilayah Sungai Sumatera (BWSS) VI Jambi yang dikerjakan PT Bangun Yodya Persada dinilai mubazir dan penghamburan uang negara. Proyek dengan nilai Rp 12, 6 miliar yang dikerjakan perusahaan asal kabupaten Merangin tersebut diduga tak sesuai RAB dan dinilai tidak tepat sasaran.
Betapa tidak, seyogyanya dalam pembangunan sebuah proyek pentingnya melakukan SID atau Survei Investigasi Desain sebelum proses penyusunan desain bangunan untuk mendapatkan data – data, informasi, kondisi, ataupun situasi awal lokasi pembangunan pekerjaan konstruksi yang sebenarnya.
Seperti kondisi lokasi (luas, batas-batas, dan topografi), kondisi tanah (keras/lunak), keadaan air tanah, peruntukan lahan, rincian pembangunan lahan, data maupun informasi tersebut nantinya akan digunakan untuk menentukan desain atau rancangan serta gambar bangunan.
Pantauan di lokasi, pengerukan sungai yang dilakukan proyek dengan anggaran 12 milyar lebih tersebut cukup dangkal. Sehingga air tampak tak mengalir, demikian juga dengan ketinggian timbunan yang dilakukan sekitar 2 meter sehingga akan mudah terjadi banjir. Sedangkan tujuan inlet danau Kerinci agar tidak terjadi banjir.
“Dari pantauan kami, pengerjaan Inlet di danau Kerinci sepertinya tidak tepat sasaran dan terkesan penghamburan uang negara. Dari yang sudah dikerjaan tinggi timbunan baru 2 meter. Seharusnya minimal itu 5 meter baru bisa cegah banjir, jadi ini kesannya tak bermanfaat nanti. Begitu juga pengerukan yang dilakukan masih dangkal, ” ujar Doni Ketua IWO Kerinci – Sungai Penuh.
Selain itu pengerjaan proyek inlet danau Kerinci disebut - sebut berada di atas tanah ulayat desa Koto Tuo Ujung Pasir dan Desa Semerap.
Informasi yang didapat, sekitar 5 hektare area tanah ulayat dipakai dalam pengerjaan proyek inlet danau Kerinci. Sehingga banyak yang keberatan tanah ulayat tersebut ditimbun untuk proyek.
Sementara itu, beberapa diantaranya sudah ditimbun terutama kawasan mulai masuk pohon cangkat.
“Beberapa batang pohon cangkat sudah ditebang. Padahal dulu disini sempat akan di bagun vila di zaman bupati Fauzi Siin. Karena sini merupakan pulau dulu, untuk wisatawan, ” kata salah seorang warga Kerinci.
Andre konsultan pengerjaan proyek inlet danau Kerinci mengatakan sudah berjalan selama 5 bulan, sementara untuk realisasi baru 13 persen. Rendahnya progres pekerjaan, ia mengaku, karena kendala cuaca dan pembebasan lahan.
“Ya, timbunan dan pengerukan belum sampai 5 meter, tetapi akan ditambah nantinya, ” pungkasnya seperti yang dikutip dari metro jambi. (Sony)